Tipikal

Nadhira
2 min readJan 15, 2020

--

Tebak-tebakan mungkin untuk orang yang akan membaca ini dan sudah sering membaca tulisanku dalam platform ini bisa menduga bahwa mungkin isinya sendu atau segudang sambat tidak berarti atau hal-hal yang maknanya membingungkan. Sebut saja adalah suatu hal “Tipikal” yang kurang lebih melekat cukup lama dalam gambaran seorang “Hali”.

tipikal/ti·pi·kal/ Ing n khas

Apa niiiii ya yang mau ditulis. Mungkin beberapa hal yang sudah saatnya disyukuri, seperti orang-orang yang selalu ada setiap saat ya raganya, jiwanya, hatinya, cintanya, even snapgramnya. maupun orang-orang yang sudah meninggalkan ya raganya, jiwanya, hatinya, cintanya, even unfollownya. Karena umurku udah 10 tahun x 2, sehingga banyak hal yang sudah dilalui dan dipelajari, emang sotoy tapi setidaknya aku adalah orang paling tahu diantara manusia 20 tahun kebawah.

Bulan ini aku belajar untuk lebih menghargai diri, karena katanya self-love itu penting, tapi sayang sama orang lain juga kalau menurutku, karena sebenarnya semua hal adalah penting, karena kalau kurang jadi gizi buruk, karena kalau lebih jadi gizi lebih. 2–2nya sama-sama buat penyakit menurut ilmu kedokteran berbasis bukti, dan mungkin kalau kita sedang iseng atau sedang ingin cari sudah banyak systematic reviewnya :).

Setiap manusia punya jalan, rezeki, hambatan, masalah, rintangan, ucap syukur yang berbeda-beda. kemarin aku sering bilang, kalau manusia berpikir aja terserah dia, pola persepsi yang dibentuk juga akan berbeda, karena apa? karena cetakannya berbeda. Seperti halnya jalan, rezeki, hambatan, masalah, rintangan, ucap syukur yang dihadapinya juga akan berbeda. Seperti layakanya konseling, kita hanya bisa memberikan apa yang kita lakukan dalam menghadapi masalah tersebut tetapi bukan memaksakan untuk mengikuti jalan yang kita lalui.

“Udah, kan Kapasitas orang beda-beda”

Benar. Lagi-lagi tidak ada salahnya berucap hal ini. Kapasitas orang memang berbeda tetapi rasanya bukan menjadi sebuah alasan untuk mengurangi suatu hal. Kita berjalan pada suatu asumsi yang bahkan orangnya aja belum tentu tau kapasitasnya. Menurutku, silakan sanggah, bukan tanggung jawab kita untuk memahami seluruh kapasitas manusia, dan adalah tanggung jawab setiap individu yang bisa merasakan kapasitasnya untuk merasionalisasikan segala tindakan yang akan mereka ambil.

sampai selesai disini. aku terus bengong. lagi-lagi tulisannya hanya meracau tidak terarah. maaf ya.

--

--