Dinding dan Tumbuh

Nadhira
2 min readFeb 14, 2021

--

udah lama banget gak kontemplasi.

fotonya dari “sama bisa bisa sama” poin yang diangkat dalam acaranya lebih ke membuat dunia yang lebih inklusif, dibuat oleh seniman yang disebut sebagai ‘penyandang disabilitas’. Potongan pesannya bisa nyenggol dikit kesini, bahwa ekspresi adalah hal yang vital dalam praktik bermasyarakat.

HIIII, udah melalui banyak fase hidup. Penulisan ini dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan dari si yang jauh di sana tentang apa kiranya yang lagi semrautan dalam isi kepala, karena tampaknya emang terlihat dan tidak dapat disembunyikan.

Dinding dan Tumbuh adalah 2 kata yang dapat mendeskripsikan apa yang hadir dalam kepala ini. Karena cukup runyam untuk menyampaikannya, disini akan tertulis hal-hal terkait isi kepala tetapi silakan menghubungkan dan menyimpukannya sendiri. Karena tulisan ini telah Saya izinkan menjadi multitafsir.

Dinding atau batasan atau terserah disebut apa, adalah suatu cara untuk membuat hidup tetap seimbang, memisahkan agar orang tidak terlalu keterlaluan. Tetapi dinding dalam hal ini, adalah memisahkan putih dengan hitam. Memisahkan dengan tegas layakanya air dan minyak. Hari ini tampaknya kosa kata batasan adalah suatu hal yang muncul terus-terusan sehingga tampaknya Tuhan sedang memberitahu bahwa ada yang bertumbuh dalam diri.

Membuka catatan dahulu, memisahkan suatu hal dari sudut profesional dan individual sangatlah sulit, terlalu banyak unsur tidak enak, melihat suatu hal hanya berdiri sebagai satu padahal dua. menilai suatu pulpen yang tidak bekerja dengan baik dan mengatakan bahwa tidak apa-apa setidaknya dia memiliki tinta. lupa untuk memisahkan bahwa pada hakekatnya tugasnya adalah untuk dipakai menulis. ketika tidak dapat menulis maka sudah sebaiknya tersampaikan.

Setidaknya pada tahap ini, sedang ingin mengapresiasi diri, karena lebih terbiasa untuk menyampaikan pendapat dalam hal profesional, mengatakan bahwa pulpen tidak mampu menyelesaikan tugasnya untuk menulis. Bedakan dengan mengatakan bahwa pulpen tersebut bermotif macan tutul dan menyampaikan sikap tidak menyukainya.

Sebagai anak yang tumbuh, pertanyaan ini kerap muncul, “mengapa tidak memaafkan saja toh hanya hal sepele”, setelah hidup dan melalui hidup, kita paham bahwa semua hal berharga, dalam rangka maju, dalam rangka mendapatkan hal yang setimpal, sudah seharusnya standardiasi dibentuk, ekspektasi bermunculan, penentuan bahwa suatu hal telah cukup dan ideal hadir.

Harus terbuka, menerima, dan mengevaluasi. Fungsinya juri. Fungsinya berlatih. Fungsinya penilaian.

Kita tumbuh. Kita belajar. Kita menerima. Kita mengevaluasi. Menjadi manusia fleksibel. Mudah-mudahan selalu kearah yang lebih baik. terima kasih manusia yang jauh di sana, karena membantu Saya selalu jujur dan membawa diri ini ke versi yang lebih baik lagi. Tentunya tanpa terlepas dari bantuan manusia lainnya, yang telah hadir dan membuat hidup lebih menarik untuk dipelajari.

--

--